Pemerintahan Presiden Donald Trump pada tahun 2025 menerapkan kebijakan proteksionis yang agresif terhadap Vietnam, menolak tawaran penghapusan tarif atas produk-produk Amerika Serikat. Keputusan ini didasarkan pada tuduhan praktik perdagangan tidak adil dan penggunaan Vietnam sebagai jalur belakang ekspor Tiongkok untuk menghindari tarif AS.
Trump mengumumkan tarif impor sebesar 46% terhadap barang-barang asal Vietnam, menjadikan negara tersebut salah satu target utama kebijakan perdagangan AS yang kontroversial. Langkah ini memicu reaksi beragam, baik di dalam maupun luar negeri. Kritik muncul dari berbagai kalangan atas potensi dampak negatifnya terhadap perekonomian global.
Tuduhan Praktik Perdagangan Tidak Adil
Penasihat Perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menekankan bahwa kebijakan tarif tersebut bukan hanya soal neraca perdagangan yang timpang. Ia menuding Vietnam melakukan berbagai pelanggaran non-tarif secara sistematis, termasuk subsidi ekspor dan manipulasi asal produk. Tuduhan ini didasarkan pada meningkatnya ekspor Vietnam pasca perang dagang AS-Tiongkok, yang sebagian diyakini berasal dari relokasi produksi dari Tiongkok.
Amerika Serikat menuduh banyak perusahaan Tiongkok memanfaatkan Vietnam sebagai jalur transit untuk menghindari tarif. Strategi ini memungkinkan barang-barang Tiongkok memasuki pasar AS dengan tarif yang lebih rendah, merugikan produsen Amerika dan melanggar prinsip perdagangan adil.
Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Vietnam
Kebijakan tarif AS terhadap Vietnam berpotensi menimbulkan dampak negatif yang signifikan, tidak hanya bagi Vietnam sendiri, tetapi juga bagi perekonomian global. Meningkatnya ketidakpastian ekonomi dapat menghambat investasi asing dan pertumbuhan ekonomi Vietnam. Sebagai salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara, instabilitas ekonomi Vietnam akan berdampak pada rantai pasok global.
Profesor Simon Evenett dari University of St. Gallen menyoroti potensi dampak kontraproduktif kebijakan ini. Vietnam, yang tengah membangun reputasi sebagai alternatif produksi global, kini menghadapi ketidakpastian yang dapat menghambat pertumbuhannya. Kebijakan proteksionis AS ini berpotensi memicu reaksi serupa dari negara lain, memperburuk proteksionisme global.
Respon Vietnam dan Perspektif Internasional
Meskipun Vietnam menawarkan penghapusan seluruh tarif atas produk-produk AS sebagai upaya kompromi, Pemerintahan Trump tetap teguh pada pendiriannya. Washington menegaskan bahwa reformasi struktural yang signifikan di Vietnam diperlukan sebelum mempertimbangkan pengurangan tarif.
Sikap keras AS ini mendapat kecaman dari berbagai pihak. Banyak yang menilai kebijakan tersebut terlalu agresif dan kurang mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian global. Ketegangan perdagangan antara AS dan Vietnam menunjukkan kompleksitas hubungan ekonomi internasional dan tantangan dalam menegakkan prinsip perdagangan yang adil dan terbuka.
Alternatif Penyelesaian Konflik
Sebagai alternatif dari penerapan tarif, negosiasi dan dialog yang konstruktif antara AS dan Vietnam merupakan langkah yang lebih efektif untuk menyelesaikan permasalahan perdagangan. Kerjasama internasional dan mekanisme penyelesaian sengketa perdagangan yang ada dapat membantu menemukan solusi yang saling menguntungkan dan menghindari dampak negatif yang lebih luas.
Pentingnya membangun kerjasama ekonomi yang adil dan berbasis aturan internasional sangat krusial. Perseteruan dagang seperti ini menunjukkan perlunya reformasi sistem perdagangan multilateral untuk memastikan perdagangan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua negara.