Frans Manansang, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia (TSI), tengah menjadi sorotan publik. Namanya muncul dalam sejumlah kesaksian mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), yang menuduh adanya kekerasan fisik dan pelecehan selama bekerja di bawah naungan OCI.
Beberapa mantan pemain sirkus secara langsung menunjuk Frans Manansang sebagai pelaku kekerasan. Kesaksian ini telah tersebar luas di media sosial, memicu reaksi keras dari netizen.
Frans Manansang adalah putra Hadi Manansang, pendiri TSI. Ia merupakan bagian dari trio bersaudara – bersama Jansen Manansang dan Tony Sumampau – yang berperan penting dalam membangun dan mengembangkan Taman Safari Indonesia. Kisah mereka bahkan pernah dituangkan dalam buku “Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen.”
Tuduhan Kekerasan dan Pelecehan di OCI
Para mantan pemain sirkus yang memberikan kesaksian menceritakan pengalaman mengerikan yang mereka alami. Vivi, salah satu korban, mengaku mengalami kekerasan fisik langsung dari Frans Manansang saat masih muda dan bekerja di TSI Cisarua, Bogor.
Vivi menggambarkan pelatihan yang melelahkan hingga larut malam, disertai kekerasan fisik. Ia bahkan mengaku melarikan diri sendirian tengah malam dari rumah Frans Manansang. Kisah serupa juga diungkapkan oleh Butet, mantan pemain sirkus lainnya, yang menyatakan Frans Manansang sebagai pelaku kekerasan paling sering.
Pola kekerasan yang dilaporkan para korban memiliki kemiripan. Mereka mengalami latihan berlebihan, tekanan fisik berat, serta pembatasan hak-hak dasar seperti waktu istirahat dan kebebasan pribadi.
Dampak Tuduhan terhadap Citra TSI dan Frans Manansang
Pengakuan para korban ini telah menimbulkan gelombang reaksi di media sosial. Nama Frans Manansang menjadi trending topik, dengan banyak netizen yang mengecam tindakannya dan mendukung para korban.
Publik juga mempertanyakan tanggung jawab moral pengelola Taman Safari Indonesia terkait dugaan keterlibatan dalam perlakuan tidak manusiawi terhadap perempuan dan anak-anak di lingkungan sirkus. Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai pengawasan dan etika dalam industri hiburan.
Kasus ini juga memicu diskusi mengenai kondisi kerja di industri hiburan, khususnya yang melibatkan anak-anak dan perempuan. Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum bagi korban kekerasan dan pelecehan menjadi sorotan utama.
Seruan Investigasi dan Perlindungan Korban
Banyak pihak menyerukan dilakukannya investigasi menyeluruh untuk mengungkap kebenaran tuduhan ini. Proses hukum yang transparan dan adil sangat diperlukan untuk memastikan keadilan bagi para korban.
Selain investigasi, perlindungan bagi para korban juga menjadi hal yang krusial. Mereka membutuhkan dukungan psikologis dan legal untuk memulihkan diri dan mendapatkan keadilan. Lembaga terkait perlu memastikan perlindungan ini diberikan secara efektif dan berkelanjutan.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan perlindungan anak dan perempuan dalam berbagai sektor, termasuk industri hiburan. Pencegahan kekerasan dan pelecehan harus menjadi prioritas utama, dengan mekanisme pelaporan dan penanganan yang efektif dan mudah diakses.
Kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dan tokoh publik. Sukses finansial dan reputasi tidak boleh didapat dengan mengorbankan hak asasi manusia dan martabat individu.