Dua tagar, #kaburajadulu dan #Indonesiagelap, mendominasi media sosial Indonesia beberapa bulan terakhir, mencerminkan kegelisahan generasi muda terhadap kepemimpinan saat ini. #kaburajadulu merepresentasikan keinginan besar generasi muda untuk bekerja di luar negeri karena minimnya harapan hidup layak di dalam negeri. Tagar ini merupakan ekspresi protes, frustrasi, dan kekecewaan atas kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada kaum muda.
#Indonesiagelap melukiskan krisis multidimensi di berbagai sektor kehidupan. Tagar ini menjadi wadah kritik dan tuntutan akan perubahan, meliputi pendidikan yang terjangkau, peningkatan tunjangan dosen, pencabutan Proyek Strategi Nasional dan revisi UU Minerba, penghapusan multifungsi TNI, pengesahan RUU masyarakat adat, pencabutan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2025, evaluasi program makan siang gratis, perampasan aset koruptor, perampingan kabinet, penolakan revisi tatib DPR, dan reformasi polisi. Tuntutan ini menunjukkan luasnya permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Menariknya, media sosial, yang menjadi ruang utama generasi muda, menunjukkan kesadaran politik yang tinggi. Protes daring ini berlanjut ke aksi nyata di jalanan, di mana generasi muda, buruh, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasinya. Partisipasi aktif ini membuktikan kekuatan kolektif dalam menyampaikan tuntutan perubahan.
Demokrasi, Protes, dan Biopolitik
Aksi protes yang diwujudkan melalui tagar dan demonstrasi ini merupakan manifestasi demokrasi yang sehat. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat kepada penguasa adalah hak fundamental dalam sistem demokrasi. Keberanian generasi muda untuk mempertanyakan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil patut diapresiasi.
Sebaliknya, keheningan politik seperti di Korea Utara atau Tiongkok, menunjukkan kekurangan demokrasi. Indonesia, sebagai negara yang menganut demokrasi, harus menghargai ekspresi protes warganya sebagai bagian integral dari proses politik yang sehat. Keberanian generasi muda ini menunjukkan idealisme demokrasi masih hidup di tengah tantangan.
Namun, ada fenomena menarik yang perlu dikaji lebih dalam. Banyak kalangan yang menyadari permasalahan bangsa, namun terhambat untuk berbicara atau bertindak akibat sistem yang korup. Konsep biopolitik Foucault menjelaskan bagaimana kekuasaan dapat mengendalikan tubuh dan pikiran individu, mengakibatkan ketidakmampuan untuk melawan meski sadar akan ketidakadilan.
Peran Aktif Masyarakat dan Optimisme di Tengah Krisis
Demonstrasi di jalanan menjadi bentuk ekspresi yang tak tergantikan oleh media sosial semata. Meskipun media sosial berperan sebagai penggerak utama, aksi nyata di lapangan tetap penting untuk menunjukkan kekuatan massa dan tegasnya tuntutan perubahan. Sejarah telah membuktikan bagaimana media sosial pernah memicu perubahan besar, seperti Arab Spring.
Meskipun pemerintahan saat ini telah menang dalam pemilihan, munculnya tagar dan demonstrasi menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat setuju dengan kebijakannya. Keberanian generasi muda untuk turun ke jalanan menunjukkan bahwa partisipasi politik aktif masih berkembang di Indonesia.
Kecemasan akan masa depan Indonesia menjadi motivasi di balik gerakan protes ini. Pertanyaan besar muncul: sampai kapan kesombongan pemimpin akan membawa bangsa ini ke jurang kehancuran? Perubahan kebijakan menjadi sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Optimisme dan Harapan untuk Indonesia Emas
Di tengah kecemasan dan krisis, optimisme tetap harus dijaga. Keberanian untuk mempertanyakan kekuasaan dan kepercayaan akan perubahan merupakan nilai kemanusiaan yang penting. Para demonstran telah menunjukkan keberanian dan kesadaran akan hak-hak mereka.
Dukungan dari berbagai kalangan sangat dibutuhkan. Intelektual kampus dapat memberikan dukungan moral, ibu rumah tangga dapat memberikan bantuan logistik, dan kaum buruh dapat memperkuat persatuan di lapangan. Solidaritas masyarakat menjadi kunci untuk mencapai perubahan yang diharapkan.
Tragedi politik memang tak dapat dihindari, namun dari setiap tragedi akan muncul pahlawan dan teladan. Perjuangan untuk keadilan dan idealisme merupakan optimisme yang tak akan pernah padam. Generasi muda akan selalu ada untuk mempertanyakan ketidakadilan. Kita harus bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas, dengan melawan kepongahan penguasa dan membangun masa depan yang lebih adil.
Penulis: Musa Maliki, PhD, Dosen Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jakarta