Penghargaan UMY Award 2025 untuk Novel Baswedan sebagai Tokoh Inspiratif Anti-Korupsi sungguh mengharukan. Di era dimana integritas seringkali dikesampingkan, penghargaan ini menjadi suar kebaikan yang berharga di tengah hiruk pikuk kepura-puraan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya patut ditujukan kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Keputusan UMY memberikan penghargaan ini menunjukkan komitmen nyata dalam melawan korupsi dan menghargai perjuangan pejuang anti-korupsi seperti Novel. Di tengah banyaknya sanjungan palsu, UMY memilih untuk menghormati perjuangan sejati.
Dalam pidato penerimaan penghargaan, Novel Baswedan (NB) menyoroti masih banyaknya pejuang anti-korupsi dan HAM yang berjuang dalam kesunyian, tanpa pengakuan dan bahkan tanpa perlindungan. Semoga penghargaan ini menjadi momentum untuk memberikan perhatian, dukungan, dan penghormatan yang layak bagi mereka.
NB juga menekankan pentingnya kepedulian, sebuah sikap yang kini terasa semakin langka. Banyak orang, bahkan dengan gelar pendidikan tinggi, terkesan acuh terhadap ketidakadilan di sekitar mereka. Padahal, kepedulian adalah kunci untuk melihat dan mengatasi masalah.
Novel mengingatkan, bahwa kepedulian seringkali membawa konsekuensi dan risiko. Namun, sebagai seorang muslim, ia percaya bahwa setiap kebaikan akan kembali kepada diri sendiri, sesuai dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan membalas setiap amal perbuatan hamba-Nya.
Keteguhan Novel Baswedan: Sebuah Pelajaran Berharga
Keteguhan hati Novel Baswedan dalam mempertahankan integritasnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Keberanian untuk bersikap jujur dan tetap berpegang teguh pada prinsip jauh lebih berharga daripada segala bentuk penghargaan semu.
Di tengah derasnya arus kompromi moral, Novel memperlihatkan contoh nyata tentang keberanian untuk peduli dan berjuang demi kebenaran. Sikapnya yang teguh ini patut diacungi jempol.
Penghargaan ini bukan hanya selebrasi sesaat, tetapi juga sebuah panggilan untuk kita semua agar berani berjuang melawan ketidakadilan dan menjaga integritas. Perjuangan melawan korupsi dan pelanggaran HAM adalah perjuangan yang tidak mengenal lelah.
Refleksi Diri dan Panggilan untuk Beraksi
Kisah Novel Baswedan menghadirkan pertanyaan penting: apakah kita masih memiliki keberanian untuk peduli? Apakah kita masih mampu mempertahankan integritas, meskipun tidak ada yang menyaksikan?
Keberanian sejati bukan diukur dari jumlah pujian yang diterima, melainkan dari kemampuan untuk tetap berbuat baik dan berpegang teguh pada prinsip meskipun menghadapi tekanan dan tantangan. Novel telah menunjukkan hal tersebut.
Di tengah lingkungan yang semakin nyaman dengan kompromi moral, kita perlu berani untuk memilih jalan lurus. Sebuah cahaya kecil, meskipun kecil, jauh lebih berarti daripada ribuan lilin palsu.
Semoga kita semua dapat belajar dari keteguhan hati Novel Baswedan. Semoga kita dapat menjadi bagian dari mereka yang tetap bertahan dan berjuang demi kebaikan, meski dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki.
Selamat atas penghargaan yang diterima Mas Novel. Semoga semangat juang dan konsistensi Mas Novel terus menginspirasi kita semua.
Nanang Farid Syam, Mantan Ketua Wadah Pegawai KPK