PASANG IKLAN ANDA DISINI 081241591996

Siswa Nakal Tolak Pendidikan Militer Dedi Mulyadi, Ancam Tak Naik Kelas

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan praktik yang mengkhawatirkan dalam program pendidikan siswa nakal di barak militer yang digagas oleh Dedi Mulyadi. Temuan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang metode dan dampak program tersebut terhadap kesejahteraan anak.

Salah satu temuan paling mengejutkan adalah ancaman tidak naik kelas bagi siswa yang menolak mengikuti program tersebut. Ancaman ini disampaikan langsung kepada siswa oleh pihak sekolah, berdasarkan keterangan dari Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra.

Jasra Putra menjelaskan bahwa ancaman ini merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak anak. Program tersebut dinilai tidak hanya gagal melindungi anak, tetapi justru menciptakan tekanan psikis tambahan yang dapat berdampak negatif pada perkembangan mereka.

Proses Seleksi yang Bermasalah

KPAI menemukan adanya kekurangan serius dalam proses seleksi siswa yang dikirim ke barak militer. Seleksi hanya didasarkan pada penilaian guru Bimbingan Konseling (BK) tanpa melibatkan asesmen psikologis profesional.

Baca Juga :  Tabrakan Kapal Mahakam: Alarm Bahaya Logistik Nasional Terancam Lumpuh

Hal ini sangat memprihatinkan karena setiap anak memiliki latar belakang dan kondisi psikologis yang berbeda. Tanpa asesmen yang tepat, penempatan anak di lingkungan yang keras seperti barak militer berpotensi menimbulkan trauma baru dan memperburuk kondisi psikologis mereka.

KPAI telah melakukan peninjauan ke beberapa barak militer di Purwakarta dan Cikole, Lembang, untuk menyelidiki proses tersebut. Hasil peninjauan tersebut semakin memperkuat kekhawatiran KPAI.

Baca Juga :  Basarnas Dorong Pendidikan SAR Masuk Kurikulum Sekolah: Kerja Sama BMKG dan BNPB

Dampak Psikologis Jangka Panjang

Penempatan anak-anak di lingkungan barak militer tanpa persiapan psikologis yang memadai berpotensi menimbulkan dampak negatif jangka panjang. Anak-anak yang rentan secara emosional mungkin mengalami kesulitan beradaptasi dan mengalami trauma yang dapat memengaruhi perkembangan mereka.

Lingkungan yang disiplin dan keras, tanpa dukungan emosional yang tepat, bisa memicu masalah perilaku lainnya. Hal ini justru bertolak belakang dengan tujuan awal program tersebut yang seharusnya bertujuan untuk membina dan memperbaiki perilaku siswa.

KPAI menekankan pentingnya pendekatan yang lebih holistik dan humanis dalam menangani masalah kenakalan remaja. Intervensi yang efektif harus mempertimbangkan aspek psikologis anak dan melibatkan ahli profesional dalam setiap tahapannya.

Baca Juga :  Prabowo Subianto: Gerakan Nasional Menanam, Jurus Ampuh Ketahanan Pangan RI

Rekomendasi KPAI

KPAI merekomendasikan agar program pendidikan siswa nakal di barak militer dihentikan sementara hingga dilakukan evaluasi menyeluruh. Evaluasi tersebut harus melibatkan ahli psikologi anak dan memperhatikan aspek perlindungan anak.

Selain itu, KPAI juga mendesak pemerintah untuk mengembangkan program alternatif yang lebih efektif dan ramah anak dalam menangani kenakalan remaja. Program tersebut harus didasarkan pada pendekatan rehabilitatif dan preventif, bukan represif.

Penting untuk diingat bahwa tujuan utama adalah membantu anak-anak tumbuh dan berkembang secara sehat, bukan hanya sekedar menghukum mereka. Metode yang digunakan harus sesuai dengan hak-hak anak dan memperhatikan aspek kesejahteraan mereka.

KPAI berharap agar temuan ini menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait, dan mendorong adanya perbaikan sistem penanganan kenakalan remaja yang lebih berpihak kepada anak.

Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di:

PASANG IKLAN ANDA DISINI
PASANG IKLAN ANDA DISINI