Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Kamis dini hari, 3 Juli 2024, menyisakan duka mendalam dan sejumlah misteri. Data manifest yang mencatat 53 penumpang dan 12 kru dipertanyakan karena ratusan keluarga korban yang mendatangi Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, mengaku nama anggota keluarganya tidak terdaftar.
Kesaksian Ryan, warga Banyuwangi, menjadi salah satu contoh. Ia mencari saudarinya, Robiatul Robaniah, yang dikabarkan hendak ke Bali namun tak bisa dihubungi sejak tragedi tersebut. Nama Robiatul ternyata tidak tercantum dalam manifest penumpang KMP Tunu Pratama Jaya.
Kasus serupa dialami Yatini, warga Desa Yosomulyo, Banyuwangi. Suaminya, Fauzey bin Awang, warga negara Malaysia, juga tak terdaftar dalam manifest meskipun mobil travel yang ditumpanginya tercatat dalam muatan kapal. Fauzey hendak kembali ke Malaysia melalui Bandara Ngurah Rai setelah berangkat dari rumah Yatini pada Rabu malam.
Ketidaksesuaian antara jumlah keluarga korban yang datang dan data manifest menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan jumlah penumpang sebenarnya yang jauh lebih besar dari yang tercatat. Hal ini tentu menghambat proses identifikasi korban dan pencarian orang hilang.
Penyelidikan dan Respon Pihak Berwenang
General Manager PT ASDP (Persero) Indonesia Ferry Cabang Ketapang Banyuwangi, Yannes Kurniawan, menyatakan bahwa data manifest yang ada saat itu mencatat 53 penumpang dan 22 unit kendaraan. Ia menambahkan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk mencari informasi lebih lanjut dan memastikan semua penumpang ditemukan.
Namun, Yannes enggan berspekulasi tentang kemungkinan jumlah penumpang sebenarnya yang lebih besar. Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan di kalangan keluarga korban yang masih menunggu kepastian nasib anggota keluarganya.
Peran Basarnas dan tim gabungan dalam pencarian korban sangat krusial. Proses pencarian yang intensif dan menyeluruh diharapkan dapat menemukan semua korban, baik yang selamat maupun yang meninggal dunia, untuk memberikan kepastian kepada keluarga yang sedang berduka.
Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan terbalik dan tenggelam di Selat Bali saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Kapal sempat mengirimkan sinyal darurat pukul 00.16 WITA, kemudian mengalami mati lampu (blackout) pukul 00.19 WITA.
Cuaca buruk dengan gelombang laut setinggi 2,5 meter diduga menjadi penyebab utama kecelakaan. Kondisi cuaca ekstrim tersebut membuat kapal kehilangan stabilitas dan akhirnya karam di koordinat -08°09.371′, 114°25, 1569.
Operasi pencarian dan penyelamatan terus dilakukan. Hingga hari kedua, pencarian masih belum membuahkan hasil yang signifikan. Pada hari pertama, sebanyak 36 korban berhasil dievakuasi, terdiri dari 6 korban meninggal dan 30 korban selamat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya menyoroti pentingnya peningkatan pengawasan dan keselamatan pelayaran. Perlu dilakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan dan memastikan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Transparansi informasi kepada keluarga korban juga sangat penting. Kerja sama yang baik antara pihak berwenang, perusahaan pelayaran, dan tim SAR diperlukan untuk memberikan kepastian dan dukungan kepada keluarga korban yang sedang mengalami kesedihan mendalam.
Selain itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap prosedur keselamatan dan kapasitas muat kapal, serta peningkatan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrim. Semua pihak terkait harus bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan penumpang dan mencegah tragedi serupa di masa mendatang.