Eddie Mardjoeki Nalapraya, Bapak Pencak Silat Dunia dan tokoh Betawi terkemuka, telah meninggal dunia pada Selasa, 13 Mei. Usia 93 tahun menjadi penutup perjalanan panjangnya dalam memperjuangkan dan memajukan pencak silat di kancah internasional.
Kiprahnya dalam dunia pencak silat telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Dedikasi dan perjuangannya selama puluhan tahun telah membuahkan hasil yang luar biasa, menjadikan pencak silat sebagai seni bela diri yang diakui secara global.
Selain prestasinya di dunia pencak silat, Eddie Nalapraya juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta pada era 1980-an. Ia menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, sekitar pukul 09.50 WIB.
Kisah Menarik di Balik Kepergiannya
Terdapat sebuah cerita menarik terkait keinginannya mengenai tempat peristirahatan terakhir. Dalam sebuah kesempatan di acara pemakaman Ali Moertopo, ia pernah berkelakar kepada wartawan senior Panda Nababan bahwa ia tak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Alasannya cukup unik, ia khawatir tidak bisa beristirahat dengan tenang karena “jenderal-jenderal di sana masih suka memerintah,” katanya berseloroh. Pernyataan ini menunjukkan sisi humoris dan kepribadiannya yang rendah hati meskipun memiliki karier gemilang.
Profil dan Jejak Karier Eddie Nalapraya
Lahir di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 6 Juni 1931, Eddie Nalapraya berasal dari keluarga Betawi sederhana. Sejak kecil, ia diasuh oleh kakeknya, Haji Buchori, seorang pemimpin agama yang disegani.
Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di Tasikmalaya, Jawa Barat, karena keluarganya pindah ke sana selama Revolusi Nasional Indonesia tahun 1947. Di samping pendidikan formal, ia juga dilatih pencak silat oleh kakeknya, membentuk karakter dan etika.
Karier Militer dan Pengabdian kepada Negara
Eddie Nalapraya memulai karier militernya sebagai kurir TNI, naik pangkat hingga menjadi perwira tinggi. Ia bahkan menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto. Pengalamannya di militer membentuk kepemimpinan dan dedikasi yang tinggi.
Ia juga pernah bertugas sebagai anggota Pasukan PBB di Kongo dan memegang berbagai posisi penting di tubuh militer Indonesia, menunjukkan loyalitas dan keahliannya dalam bidang pertahanan dan keamanan negara. Pengalaman ini membentuk karakter kepemimpinan yang kuat dan berwibawa.
Peran Penting dalam Mempopulerkan Pencak Silat
Kontribusi terbesar Eddie Nalapraya terletak pada dedikasinya dalam memajukan pencak silat. Ia adalah pendiri Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) pada tahun 1980, menyatukan organisasi silat dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Sebagai Presiden Persilat, ia berhasil membawa pencak silat ke kancah internasional. Berkat upayanya, pencak silat dipertandingkan di SEA Games 1987 dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 12 Desember 2019.
Inisiatifnya menyelenggarakan kejuaraan pencak silat di Eropa pada 2008 menunjukkan komitmennya yang luar biasa untuk memperkenalkan pencak silat kepada dunia. Gelar “Bapak Pencak Silat Dunia” merupakan penghargaan yang pantas atas dedikasi dan kerja kerasnya.
Jabatan dan Penghargaan
Selain kontribusi di dunia pencak silat, Eddie Nalapraya juga memegang berbagai jabatan penting, diantaranya Bintara Detasemen Pertahanan MBAD (1950), ajudan Pangdam VI/Siliwangi (1961), Wakil Gubernur DKI Jakarta (1984-1987), dan anggota DPA-RI (1998-2003).
Pencapaian dan pengabdiannya kepada negara telah membuahkan berbagai penghargaan dan pengakuan. Kiprahnya sebagai Bapak Pencak Silat Dunia menjadi warisan abadi bagi Indonesia. Ia telah meninggalkan jejak yang besar dan inspiratif bagi generasi penerus.
Kepergian Eddie Nalapraya merupakan kehilangan besar bagi dunia pencak silat dan Indonesia. Namun, dedikasinya dalam memajukan pencak silat akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.