Buku “Jokowi’s White Paper,” karya Dokter Tifauzia Tyassuma, Roy Suryo, dan Rismon Sianipar, segera dirilis. Buku ini merupakan hasil penelitian mendalam tentang mantan Presiden Joko Widodo. Penelitian tersebut melibatkan tiga disiplin ilmu: Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika. Buku ini akan dipasarkan secara global melalui Amazon, menargetkan pembaca Indonesia dan internasional.
Dokter Tifauzia Tyassuma, melalui akun Twitter pribadinya, memberikan sedikit bocoran isi buku. Ia menyebutkan kajian dalam buku ini berfokus pada keabsahan dokumen dan perilaku kekuasaan Jokowi selama masa jabatannya. Hasil riset yang telah selesai dikerjakan, akhirnya dituangkan dalam bentuk buku agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, tidak hanya kalangan akademisi.
“Penelitian kami sudah tuntas, penulisannya pun sudah selesai. Kami putuskan untuk menerbitkannya sebagai buku, bukan jurnal ilmiah, supaya bisa dibaca lebih luas dan tidak hanya kalangan akademisi,” ungkap Dokter Tifa. Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi dan analisis kritis mengenai kepemimpinan Jokowi. Pernyataan ini disampaikan Dokter Tifa kepada JawaPos.com pada Senin, 10 Agustus.
Buku “Jokowi’s White Paper” akan tersedia dalam dua versi bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Versi bahasa Inggris akan tersedia di Amazon dalam format cetak dan digital. Strategi ini dipilih untuk menjangkau pembaca yang lebih luas di seluruh dunia, termasuk akademisi dan peneliti internasional.
“Kami buat dalam dua versi bahasa Indonesia dan English, dan akan tersedia di Amazon untuk versi Englishnya,” tambah Dokter Tifa. Dengan ketersediaan global, diharapkan buku ini dapat memicu diskusi dan perdebatan yang lebih luas di tingkat internasional. Ini juga dapat memberikan perspektif berbeda terkait pemerintahan Jokowi bagi audiens internasional.
Dokter Tifa menekankan bahwa buku ini bukanlah serangan pribadi terhadap Jokowi. Buku ini bertujuan untuk menegakkan kebenaran berdasarkan metodologi riset yang kuat dan terukur. Tujuan utama adalah untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
“Buku ini bukan penghakiman kepada seseorang, tetapi pembelaan terhadap kebenaran. Serta perjuangan untuk membuat negara ini tumbuh dalam kejujuran, keadilan, dan kebenaran,” tegas Dokter Tifa. Ia berharap buku ini dapat menjadi kontribusi positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Dokter Tifa menantang pihak yang tidak setuju dengan isi buku untuk memberikan tanggapan yang konstruktif. Ia mengajak mereka untuk membalas dengan karya riset tandingan, bukan hanya komentar atau kritik yang bersifat destruktif.
“Kalau tidak sepakat, silakan jawab dengan buku dan riset juga. Jangan hanya komentar,” kata Dokter Tifa. Tantangan ini menunjukkan rasa percaya diri tim penulis atas kredibilitas riset mereka serta kesediaan untuk terlibat dalam diskusi akademik yang berimbang.
Dengan publikasi global di Amazon, Dokter Tifa optimis bahwa suara dan hasil riset mereka tidak akan dibungkam. Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan kajian bagi masyarakat luas. Buku ini diharapkan mampu bertahan lama sebagai arsip berharga bagi sejarah pemerintahan Indonesia.
“Manusia bisa dibungkam, tapi buku tidak. Biarlah buku ini menjadi pembela kami, wakil kami berbicara seandainya kekuasaan jahat membuat kami sulit bicara,” jelas Dokter Tifa. Hal ini menunjukkan keyakinan penulis akan peran penting buku dalam memperjuangkan kebenaran dan transparansi. Publikasi buku ini juga menandai sebuah langkah berani untuk melawan potensi pembungkaman informasi. Penting untuk menunggu reaksi dari berbagai pihak terkait isi buku ini setelah peluncurannya.
Sebagai tambahan, perlu diteliti lebih lanjut mengenai metodologi riset yang digunakan dalam penulisan buku ini, khususnya dalam penerapan Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika. Kajian mengenai dampak potensial dari publikasi buku ini terhadap stabilitas politik juga perlu diperhatikan.