Sejarah mencatat beberapa krisis keuangan dahsyat yang telah mengguncang dunia, menyebabkan dampak ekonomi yang luas dan berkepanjangan. Krisis-krisis ini seringkali ditandai dengan penurunan tajam harga aset, kegagalan lembaga keuangan besar, atau gangguan di pasar valuta asing, seperti yang dijelaskan oleh De Bonis et al (1999): “krisis keuangan adalah serangkaian gangguan yang lebih luas seperti penurunan tajam harga aset, kegagalan lembaga keuangan besar, atau gangguan di pasar valuta asing.” Berikut beberapa krisis keuangan terbesar dalam sejarah modern:
Krisis Keuangan Dahsyat pada Zaman Modern
1. Krisis Kredit 1772
Krisis ini bermula di London dan cepat menyebar ke seluruh Eropa. Kemakmuran Inggris dari perdagangan kolonial menciptakan optimisme berlebihan dan ekspansi kredit yang cepat oleh bank-bank Inggris. Puncaknya adalah pelarian Alexander Fordyce, mitra bank Neal, James, Fordyce, and Down, ke Prancis untuk menghindari pembayaran utang pada 8 Juni 1772. Hal ini memicu kepanikan perbankan, dengan kreditor menyerbu bank-bank untuk menarik uang tunai.
Krisis ini berdampak luas hingga Skotlandia, Belanda, Eropa lainnya, dan koloni-koloni Inggris di Amerika. Para sejarawan berpendapat krisis ini menjadi salah satu faktor utama yang memicu Protes Boston Tea Party dan Revolusi Amerika.
2. Depresi Besar 1929-1939
Depresi Besar merupakan bencana ekonomi dan keuangan terburuk abad ke-20. Banyak yang meyakini bahwa jatuhnya Wall Street tahun 1929 memicu krisis ini, diperparah oleh kebijakan pemerintah AS yang buruk. Krisis ini berlangsung hampir 10 tahun, mengakibatkan hilangnya pendapatan besar-besaran, pengangguran tinggi, dan penurunan produksi, terutama di negara-negara industri.
Di Amerika Serikat, tingkat pengangguran mencapai hampir 25% pada puncak krisis tahun 1933. Dampaknya sangat luas dan mengubah lanskap ekonomi global secara signifikan, membawa perubahan dalam kebijakan ekonomi dan regulasi keuangan.
3. Kejutan Harga Minyak OPEC 1973
Krisis ini dimulai ketika negara-negara OPEC memboikot pengiriman minyak ke Amerika Serikat sebagai balasan atas dukungan AS terhadap Israel selama Perang Yom Kippur. Hal ini menyebabkan lonjakan harga minyak secara dramatis, memicu inflasi global dan resesi ekonomi di banyak negara. Krisis ini menunjukkan betapa ketergantungan pada sumber daya alam tertentu dapat membuat ekonomi rentan terhadap guncangan eksternal.
Kejadian ini mengubah lanskap geopolitik dan energi dunia, memaksa negara-negara untuk mencari sumber energi alternatif dan mendorong diversifikasi ekonomi.
4. Krisis Asia 1997
Krisis ini dimulai di Thailand pada tahun 1997 dan cepat menyebar ke Asia Timur dan mitra dagangnya. Aliran modal spekulatif yang besar ke negara-negara “Macan Asia” (Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan) memicu perluasan kredit berlebihan dan akumulasi utang yang besar. Pada Juli 1997, Thailand meninggalkan nilai tukar tetapnya terhadap dolar AS, memicu kepanikan di pasar keuangan Asia.
Investasi asing senilai miliaran dolar ditarik secara besar-besaran. IMF harus turun tangan dengan paket talangan untuk mencegah gagal bayar negara-negara yang paling terdampak. Krisis ini menyoroti pentingnya manajemen utang yang baik dan stabilitas makro ekonomi.
5. Krisis Keuangan 2007-2008
Krisis ini memicu Resesi Hebat, krisis keuangan terburuk sejak Depresi Besar. Krisis ini bermula dari runtuhnya gelembung perumahan di AS, mengakibatkan runtuhnya Lehman Brothers dan banyak lembaga keuangan lainnya. Dana talangan pemerintah dalam skala besar dibutuhkan untuk mencegah keruntuhan sistem keuangan global.
Butuh hampir satu dekade untuk pemulihan. Krisis ini menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan kerugian pendapatan miliaran dolar. Krisis ini juga memicu reformasi regulasi keuangan yang signifikan di seluruh dunia untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
Kesimpulannya, krisis keuangan merupakan ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global. Pemahaman mendalam tentang penyebab dan konsekuensi dari krisis-krisis ini sangat penting untuk pengembangan kebijakan ekonomi yang efektif dan pencegahan krisis di masa mendatang. Perlu adanya pengawasan ketat terhadap sistem keuangan, manajemen risiko yang baik, dan kerja sama internasional untuk menghadapi tantangan ini.