Lebaran Ketupat 2025: Tanggal, Sejarah, dan Tradisi Uniknya

Lebaran Ketupat, tradisi unik yang menghiasi periode Idul Fitri di Indonesia, khususnya di Jawa dan Lombok, merupakan perayaan yang jatuh sekitar seminggu setelah Idul Fitri. Tradisi ini erat kaitannya dengan hidangan ketupat, simbol yang sarat makna bagi masyarakat setempat.

Lebaran Ketupat 2025: Tanggal Berapa?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran Ketupat dirayakan pada hari kedelapan bulan Syawal, setelah melaksanakan puasa Syawal. Jika 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada 31 Maret 2025, maka Lebaran Ketupat 8 Syawal akan jatuh pada Senin, 7 April 2025.

Penentuan tanggal ini didasarkan pada penanggalan Hijriah, yang mengikuti perhitungan bulan berdasarkan fase bulan. Oleh karena itu, tanggal Lebaran Ketupat dapat bervariasi setiap tahunnya, bergantung pada penentuan awal bulan Syawal.

Baca Juga :  Ancaman Asteroid 2024 YR4: Risiko Tabrakan Bumi Meningkat, Seberapa Besar Bahayanya?

Sejarah Lebaran Ketupat: Tradisi yang Mengakar Kuat

Di Indonesia, khususnya di Madura, Lebaran Ketupat telah berlangsung turun-temurun sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya lokal. Asal-usulnya pun menarik untuk ditelusuri.

Menurut Fadly Rahman dalam bukunya “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia (2016)”, dan seperti yang dikutip dari buku “Inovasi Teknologi Dalam Produksi Kue Tradisional: Efisiensi dan Mekanisasi” oleh Adi Ananda, Amirullah, Diana Rapitasari, dan Saidah, ketupat telah dikenal sejak zaman Hindu Buddha pada abad ke-15-16 Masehi.

Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, dipercaya telah memperkenalkan ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara. Penggunaan ketupat dalam konteks keagamaan ini kemudian melebur dan menyatu dengan tradisi lokal, hingga menjadi tradisi yang kuat dan lestari hingga kini.

Baca Juga :  Jelang Libur Lebaran, Kalender April 2025 Tawarkan Tanggal Merah Tambahan

Meskipun sudah menjadi bagian dari tradisi Islam di Nusantara, arti dan makna Lebaran Ketupat sendiri memiliki beberapa interpretasi yang menarik.

Makna Filosofis Lebaran Ketupat

Kata “ketupat” sendiri diyakini berasal dari bahasa Jawa. Ada dua interpretasi utama mengenai maknanya: “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan).

Interpretasi “laku papat” lebih populer di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Madura. Empat tindakan tersebut memiliki arti yang mendalam:

  • Lebaran: Menandai berakhirnya bulan Ramadan dan masa puasa.
  • Luberan: Melimpahnya rezeki dan anjuran untuk berbagi kepada yang membutuhkan.
  • Leburan: Meleburkan dosa-dosa dengan saling memaafkan.
  • Laburan: Hati yang kembali suci dan jernih setelah menjalankan ibadah.
Baca Juga :  Lima Krisis Keuangan Global: Pelajaran dari 1772 hingga Kini

Makna-makna ini mencerminkan nilai-nilai penting dalam ajaran Islam, seperti pentingnya introspeksi diri, pengampunan, dan berbagi kepada sesama. Tradisi Lebaran Ketupat pun tak hanya sekadar perayaan kuliner, tetapi juga refleksi diri dan penguatan silaturahmi.

Selain itu, perayaan Lebaran Ketupat juga ditandai dengan berbagai kegiatan khas, seperti membuat ketupat secara bersama-sama, mengunjungi sanak saudara, dan melaksanakan shalat Idul Fitri. Semua ini semakin memperkaya tradisi dan budaya masyarakat Indonesia.

Secara keseluruhan, Lebaran Ketupat merupakan perpaduan unik antara tradisi lokal dan nilai-nilai keagamaan yang tetap lestari dan dirayakan hingga kini. Tradisi ini menjadi cerminan kekayaan budaya dan keragaman Indonesia.

Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di: