Hindari Empat Kalimat Kritis Ini Agar Anak Sukses dan Disiplin

Percakapan antara orang tua dan anak seringkali berujung pertengkaran, meskipun awalnya berlangsung baik-baik saja. Penyebab utamanya seringkali adalah penggunaan kalimat yang kurang tepat, sehingga pesan yang ingin disampaikan malah menimbulkan kesalahpahaman.

William Stixrud dan Ned Johnson, pakar pengasuhan anak dan penulis buku The Self-Driven Child, mengidentifikasi beberapa frasa yang justru kontraproduktif dalam mendisiplinkan anak dan membangun motivasi intrinsik.

Frasa yang Harus Dihindari Orang Tua

Berikut beberapa frasa yang sebaiknya dihindari orang tua, dan alternatif yang lebih efektif:

1. “Jika kamu tidak bekerja keras sekarang, kamu akan menyesalinya selama sisa hidupmu.”

Menurut Stixrud dan Johnson, menanamkan rasa takut bukanlah cara efektif untuk memotivasi anak. Hal ini justru meningkatkan stres dan mendorong anak untuk menghindari tugas.

Anak-anak belum memiliki kemampuan berpikir jangka panjang seperti orang dewasa. Oleh karena itu, ancaman yang berfokus pada masa depan yang jauh tidak akan dipahami dengan baik.

Baca Juga :  IRT UTBK SNBT 2025: Rahasia Bobot Nilai yang Perlu Anda Ketahui

Alternatif yang lebih baik:

  • Dorong mereka: “Kamu belum menguasai [melakukan X], tetapi kamu bisa menjadi lebih baik dalam hal itu. Lihat seberapa jauh kamu telah maju!”
  • Tunjukkan sisi positif: “Ya, [melakukan X] memang sulit. Tetapi jika kamu terus berlatih, kamu akan lebih percaya diri menghadapi tantangan masa depan, dan kamu akan merasa sangat baik.”
  • Jangan hanya fokus pada sekolah: “Ibu tahu [kelas X] memang sulit, tapi Ibu senang kamu belajar keras di kelas bisbol – dan Ibu yakin kamu bisa belajar keras di kelas jika kamu juga berusaha sama kerasnya.”
  • 2. “Tugasku adalah menjagamu tetap aman.”

    Pernyataan ini menciptakan ketergantungan yang berlebihan pada orang tua. Anak-anak akan cenderung berperilaku sembrono karena merasa selalu ada jaring pengaman.

    Pada usia remaja, orang tua tak selalu bisa mengawasi setiap gerak-gerik anak. Anak perlu belajar bertanggung jawab atas keselamatan mereka sendiri.

    Alternatif yang lebih baik:

  • Jelaskan kekhawatiran dengan tenang: “Ayah/Ibu tidak merasa nyaman dengan ini, dan inilah alasannya…”
  • Biarkan mereka belajar dari kesalahan: Dengan pengawasan yang bijak, biarkan anak-anak menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka dan belajar darinya.
  • Diskusikan risiko bersama: “Saya punya beberapa kekhawatiran tentang [X], tetapi saya juga membayangkan Anda punya ide yang berbeda. Bisakah Anda memberi tahu saya bagaimana Anda akan menangani hal-hal jika [X] memburuk, sehingga kita berdua merasa nyaman?”
  • Baca Juga :  UGM Berantas Kekerasan Seksual: Guru Besar Farmasi Dipecat

    3. “Ayah menghukummu karena kamu harus belajar bahwa perilaku ini tidak dapat diterima.”

    Hukuman mungkin memberikan rasa kontrol pada orang tua, tetapi penelitian menunjukkan hal itu merusak hubungan dan tidak efektif mengubah perilaku.

    Hukuman hanya menghentikan perilaku negatif sementara, tanpa mengajarkan perilaku positif atau solusi alternatif. Anak-anak cenderung berbohong dan menyembunyikan masalah untuk menghindari hukuman.

    Alternatif yang lebih baik:

  • Jangan memaksakan pendapat jika anak tidak mau mendengar. Tujuannya adalah mengajar, yang hanya terjadi saat anak mendengarkan.
  • Komunikasi yang penuh hormat akan membuat anak lebih mudah diajak bicara: “Ayah merasa sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi dan ayah rasa kamu juga akan merasa kesal. Bisakah kita bicara nanti tentang cara mendapatkan hasil yang lebih baik jika hal ini terjadi lagi?”
  • Berdialog, bukan hanya menyampaikan: “Saya ingin kamu tahu bahwa saya tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan, tetapi saya benar-benar ingin memahami apa yang kamu alami.”
  • Diskusikan konsekuensi terlebih dahulu, pastikan kedua belah pihak setuju. Bersikaplah spesifik, strategis, dan masuk akal.
  • Baca Juga :  Jadwal SPMB 2025/2026 Resmi Dirilis: Catat Tanggal Pendaftarannya Sekarang

    4. “Kamu menghabiskan terlalu banyak waktu di ponselmu.”

    Pernyataan ini meremehkan pentingnya media sosial dan game dalam kehidupan sosial anak-anak. Dunia anak-anak berbeda dengan dunia orang tua.

    Media sosial dan game adalah bagian dari kehidupan sosial mereka, seperti halnya surat-menyurat dan permainan di masa kecil orang tua.

    Alternatif yang lebih baik:

  • Tunjukkan ketertarikan: Tanyakan tentang game yang mereka mainkan, orang yang mereka ikuti, dan ikutlah terlibat. Berikan alternatif: “Saya perhatikan kamu tidak menghabiskan waktu bersama kami sejak pulang sekolah. Kamu mau ke perpustakaan dan memilih buku baru?”
  • Bimbing, bukan hanya mengawasi: “Berapa banyak waktu lagi yang kamu perlukan untuk menyelesaikan apa yang sedang kamu lakukan? Ayah/ibu tidak ingin menghentikanmu [melakukan hal X], tetapi saya juga ingin kamu menggunakan ponsel dengan cara yang seimbang.”
  • Intinya, komunikasi yang efektif dan empati sangat penting dalam pengasuhan anak. Alih-alih menggunakan frasa yang bersifat menghakimi dan menakut-nakuti, orang tua perlu membangun hubungan yang berbasis rasa saling menghormati dan pengertian. Dengan begitu, proses mendisiplinkan anak akan lebih efektif dan membangun.

    Selain itu, penting bagi orang tua untuk memahami tahapan perkembangan anak dan menyesuaikan pendekatan mereka. Apa yang efektif untuk anak usia dini mungkin tidak cocok untuk remaja.

    Membangun komunikasi yang sehat dengan anak membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kemampuan untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Ingatlah bahwa tujuan utama adalah membimbing anak agar tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan bahagia.

    Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di: