Ekonomi RI Ekspansif: Bukti Kuat Bantah Ramalan Resesi

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan optimisme terkait tren positif perekonomian Indonesia. Sinyal pemulihan ekonomi, menurutnya, telah terlihat jelas sejak awal tahun 2025.

Purbaya menjelaskan bahwa LPS memiliki indeks ekonomi terdepan (leading economic index) sebagai alat prediksi kondisi ekonomi nasional 6 hingga 12 bulan ke depan. Indeks ini, menurutnya, memiliki akurasi yang tinggi dalam memproyeksikan arah perekonomian.

Ia mengungkapkan hal tersebut dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI pada Selasa, 8 April 2025. Purbaya menekankan bahwa setelah mengalami penurunan akibat pandemi pada tahun 2020, ekonomi Indonesia kini memasuki fase kebangkitan yang signifikan.

Indikator Positif Perekonomian Indonesia

Purbaya membantah anggapan bahwa ekonomi Indonesia akan kembali mengalami krisis seperti tahun 1997-1998. Ia berpendapat bahwa tekanan ekonomi besar memang cenderung terjadi setiap 10 tahun sekali (1998, 2008, dan 2020), namun saat ini menunjukkan tren pertumbuhan yang kuat.

Baca Juga :  Subsidi Transportasi Laut Tak Merata: DPR Desak Pemerintah Evaluasi Segera

Ia membandingkan data ekonomi makro dengan pergerakan pasar modal, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun leading index menunjukkan tren positif, IHSG terlihat cenderung melemah. Hal ini, menurutnya, menunjukkan adanya reaksi berlebihan (overreacting) dari pasar.

Purbaya menyarankan agar investor melihat kondisi fundamental ekonomi yang kuat. Ia menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli saham (good time to buy) karena harga saham saat ini berada di bawah nilai fundamentalnya.

Bukti Pemulihan Ekonomi

Beberapa indikator lain juga menunjukkan optimisme ekonomi. Peningkatan penjualan mobil, pertumbuhan konsumsi semen, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di atas 100, menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi.

IKK di atas 100 menunjukkan keyakinan dan keamanan masyarakat terhadap kondisi ekonomi mereka, yang secara otomatis mendorong peningkatan aktivitas belanja. Hal ini semakin memperkuat optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca Juga :  BTN Fasilitasi Seribu Pemudik Gratis Rayakan Lebaran 2025

Purbaya menambahkan bahwa kekuatan permintaan domestik, terutama dari konsumsi rumah tangga dan investasi, menjadi kunci dalam menekan dampak gejolak ekonomi global. Meskipun ada ketidakpastian global, selama permintaan domestik tetap kuat, Indonesia akan tetap aman.

Keuntungan dari Situasi Global

Purbaya juga menyinggung dampak positif dari perang tarif antara Amerika Serikat dan beberapa negara Asia. Indonesia, menurutnya, diuntungkan karena negara-negara pesaing dikenakan tarif impor yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Hal ini, secara tidak langsung, menjadi semacam “bantuan” bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekspor. Purbaya menekankan pentingnya memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar global.

Kesimpulannya, Purbaya menekankan pentingnya kepercayaan diri dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini. Ia melihat bahwa ekonomi Indonesia sedang berada pada titik terendah (bottoming out) dan siap untuk ekspansi. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk tetap optimis dan percaya pada kekuatan ekonomi domestik Indonesia.

Baca Juga :  Tarif Nol Vietnam Ditolak AS: Alasan di Balik Penolakan Keras Ini

Faktor-Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi

Selain indikator yang telah disebutkan, beberapa faktor lain juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi pemerintah dalam infrastruktur, misalnya, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas.

Pertumbuhan sektor digital juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Industri digital, termasuk e-commerce dan fintech, menciptakan peluang kerja baru dan meningkatkan efisiensi berbagai sektor.

Kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi yang kondusif juga berperan penting dalam menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Tantangan yang Perlu Diwaspadai

Meskipun prospek ekonomi Indonesia terlihat positif, beberapa tantangan tetap perlu diwaspadai. Inflasi, misalnya, perlu dikelola dengan baik agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. Kenaikan suku bunga acuan global juga perlu diantisipasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Ketidakpastian geopolitik global juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perekonomian. Perlu adanya antisipasi dan strategi yang tepat untuk menghadapi potensi risiko tersebut. Penting bagi pemerintah untuk terus memantau dan melakukan evaluasi kebijakan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di: