Chairul Tanjung, pengusaha nasional dan pemilik CT Corp, memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan Sekolah Tinggi Agama Islam Barus (STAIB) di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dukungan ini disampaikan langsung saat beliau meninjau lokasi pembangunan STAIB yang terletak dekat dengan Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara.
Barus memiliki signifikansi historis yang kuat sebagai pintu masuk Islam ke Nusantara. Pendirian STAIB diharapkan tidak hanya menjadi monumen sejarah, tetapi juga pusat pengembangan peradaban Islam di Indonesia. Chairul Tanjung menekankan pentingnya Barus sebagai pusat perkembangan Islam, melampaui perannya sebagai titik awal penyebaran agama ini.
Dalam kunjungannya ke Barus pada Kamis, 27 Maret 2025, Chairul Tanjung menyatakan komitmennya terhadap proyek ini. Ia berharap STAIB menjadi pusat gravitasi perkembangan peradaban Islam, bukan hanya sekedar simbol sejarah kedatangan Islam di Nusantara. Beliau melihat potensi besar Barus untuk menjadi pusat kajian dan pengembangan ajaran Islam.
Program-program sosial CT Corp, seperti Mega Berbagi dan ZISWAF (Zakat, Infak, dan Wakaf), akan dikoordinasikan untuk mendukung pembangunan STAIB. Inisiatif ini digagas oleh tokoh nasional Akbar Tandjung, dan dukungan dari Chairul Tanjung diharapkan akan mempercepat pembangunan kampus STAIB.
Ketua Yayasan Matauli, Fitri Krisnawati Tandjung, menyambut baik dukungan dari Chairul Tanjung. Sebagai putra daerah asal Sorkam, Barus, Chairul Tanjung dinilai memiliki visi yang selaras dengan upaya membangun dan memajukan daerah melalui pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kerjasama ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Dukungan dari tokoh sekelas Chairul Tanjung memberikan suntikan semangat dan kepercayaan diri dalam pembangunan STAIB. Kolaborasi ini diharapkan dapat berkelanjutan dan menghasilkan dampak yang lebih luas.
Tentang STAIB dan Visi Pembangunannya
Pendirian STAIB merupakan ide Akbar Tandjung untuk memperkuat Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara, yang diresmikan Presiden Jokowi pada 17 April 2017. STAIB telah beroperasi sejak 2021 setelah mendapatkan izin dari Kementerian Agama. Kampus sementara berlokasi di Kampus Matauli di Pandan.
Saat ini, STAIB memiliki dua program studi: Sejarah Peradaban Islam dan Studi Agama-Agama. Terdapat 75 mahasiswa yang seluruhnya mendapatkan beasiswa penuh dan tinggal di asrama selama delapan semester. Sistem asrama ini menjamin fokus belajar mahasiswa dan mendukung iklim akademik yang kondusif.
Tantangan dan Peluang STAIB
Meskipun telah beroperasi, STAIB masih menghadapi tantangan dalam pembangunan infrastruktur kampus permanen di Barus. Namun, dukungan dari Chairul Tanjung dan Yayasan Matauli membuka peluang besar untuk mengatasi hambatan tersebut. Keberadaan asrama saat ini menunjukan komitmen untuk menyediakan akses pendidikan bagi mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang.
Dengan dukungan yang kuat, STAIB berpotensi menjadi pusat studi Islam yang terkemuka di Indonesia. Lokasi STAIB yang bersejarah dan program studi yang relevan akan menarik minat mahasiswa dari berbagai daerah, bahkan internasional. Potensi riset dan pengembangan di bidang studi agama dan peradaban Islam juga sangat menjanjikan.
Keberadaan STAIB juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di Barus. Kampus ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan aktivitas ekonomi di sekitar lokasi. Kehadiran mahasiswa juga akan menghidupkan kembali kegiatan sosial dan budaya di wilayah tersebut.
Selain meninjau lokasi STAIB, Chairul Tanjung juga mengunjungi Kampus SMA Matauli di Pandan dan berziarah ke makam kakeknya di Kecamatan Sorkam serta makam keluarga di Barus, menunjukkan penghormatan beliau terhadap sejarah keluarga dan kampung halamannya.
Kunjungan Chairul Tanjung bersama istri, Anita Ratnasari Tanjung, dan mantan Menteri Pendidikan, Prof. Muhammad Nuh, menunjukkan dukungan yang komprehensif terhadap pengembangan pendidikan di daerah tersebut. Kehadiran tokoh-tokoh penting ini memberikan legitimasi dan dorongan moral bagi perkembangan STAIB dan pendidikan di Barus.