Investor legendaris Warren Buffett secara lantang mengkritik kebijakan perdagangan agresif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang dianggapnya berpotensi memicu konflik global. Kebijakan tarif yang diterapkan dinilai merusak kerja sama internasional dan berdampak negatif pada perekonomian dunia.
Dalam rapat pemegang saham Berkshire Hathaway, Buffett tegas menolak penggunaan tarif sebagai alat tekanan dalam hubungan perdagangan. Ia menekankan pentingnya perdagangan yang seimbang untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia. Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas perluasan kebijakan tarif Trump sejak ia kembali menjabat pada Januari 2025.
Kebijakan Tarif Trump dan Dampak Global
Salah satu kebijakan kontroversial Trump adalah peluncuran tarif yang disebut “Hari Pembebasan” pada 2 April 2025, yang menargetkan lebih dari 90 negara mitra dagang AS. Meskipun sebagian besar tarif ditangguhkan selama 90 hari, tarif dasar 10 persen tetap diberlakukan. Hal ini menyebabkan ketidakpastian di pasar global.
Terhadap China, AS tetap memberlakukan tarif tinggi, yang dibalas oleh China dengan tarif balasan dan pembatasan ekspor. Eskaalsi konflik dagang ini berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Kondisi ini semakin memperparah ketidakpastian ekonomi global yang sudah ada sebelumnya.
Konsekuensi Isolasi dan Arogansi
Buffett, tanpa menyebut nama Trump secara langsung, memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis ini berisiko mengisolasi AS dari komunitas internasional. Ia menuding pendekatan tersebut didasarkan pada arogansi nasional yang berbahaya dan menganjurkan AS untuk mengutamakan kerja sama internasional demi kesejahteraan bersama.
Buffett menggambarkan kebijakan ini sebagai “kemenangan semu” yang berpotensi menimbulkan permusuhan global. Ia menekankan bahwa pendekatan yang menekankan kemenangan unilateral bukanlah strategi yang bijaksana dalam hubungan internasional yang kompleks. Sikap ini, menurutnya, hanya akan menimbulkan kerugian dalam jangka panjang.
Pernyataan “Memiliki 7,5 miliar orang membenci Anda sementara 300 juta bersorak bukanlah keberhasilan,” merupakan kritik tajam terhadap narasi kemenangan sempit yang dipromosikan oleh kebijakan proteksionis. Buffett secara implisit menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam membangun ekonomi global yang lebih stabil dan sejahtera.
Dampak Ekonomi dan Pengunduran Diri Buffett
Kebijakan tarif Trump terhadap China telah membuat pasar global bergejolak dan memaksa IMF untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2025 dari 3,3% menjadi 2,8%. Dampak ini cukup signifikan dan menunjukkan betapa pentingnya perdagangan bebas dan kerja sama internasional bagi stabilitas ekonomi global.
Dalam sebuah pengumuman yang mengejutkan, Buffett juga mengumumkan rencana pengunduran dirinya dari Berkshire Hathaway, perusahaan yang ia pimpin selama beberapa dekade. Ia akan digantikan oleh Greg Abel, wakil ketua yang mengawasi bisnis nonasuransi perusahaan tersebut. Keputusan ini menandai berakhirnya era kepemimpinan Buffett yang panjang dan berpengaruh.
Pengunduran diri Buffett, yang bertepatan dengan kritik kerasnya terhadap kebijakan Trump, menarik perhatian banyak pihak. Banyak yang berspekulasi bahwa keputusan ini merupakan respon tidak langsung terhadap ketidaksetujuannya terhadap kebijakan ekonomi pemerintah AS.
Kesimpulannya, kritik Buffett terhadap kebijakan perdagangan Trump menyoroti dampak negatif proteksionisme terhadap perekonomian global dan hubungan internasional. Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional dan perdagangan yang seimbang untuk mencapai kesejahteraan bersama. Pengunduran dirinya dari Berkshire Hathaway turut menambah dimensi lain pada situasi ini, menunjukkan pergeseran potensial dalam lanskap ekonomi dan politik global.