Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah program unggulan pemerintah Indonesia, telah menarik perhatian dunia. Kunjungan yang dijadwalkan oleh Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis terkemuka, ke Indonesia pada 7 Mei 2025, untuk melihat langsung implementasi MBG, menjadi bukti nyata daya tarik program ini di kancah internasional.
Momentum kunjungan Bill Gates ini merupakan kesempatan emas bagi pemerintah Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan kesempatan ini untuk menggalang dukungan internasional, khususnya dalam hal pendanaan program MBG.
Iwan Setiawan berpendapat bahwa ketergantungan MBG pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semata harus dikurangi. Dukungan global sangat krusial untuk keberlangsungan dan perluasan jangkauan program ini di masa depan. Keberhasilan MBG dalam menciptakan lapangan kerja dan dampak sosialnya yang signifikan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor internasional.
Dampak Positif MBG di Indonesia
Program MBG telah berhasil membangun ribuan dapur komunitas di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini tidak hanya menyediakan makanan bergizi bagi jutaan penerima manfaat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, terutama di daerah pedesaan. Program ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Hingga awal Mei 2025, MBG telah menjangkau lebih dari 3,5 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Program ini tersebar di 1.286 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi di 38 provinsi. Sasaran program ini sangat luas, mencakup anak-anak PAUD, pelajar SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, hingga siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa keberhasilan MBG dalam memberikan makanan bergizi kepada jutaan anak dan remaja Indonesia merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Program ini juga telah berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat, yang berdampak positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Potensi Kerja Sama Internasional
Kunjungan Bill Gates diharapkan dapat membuka peluang kerja sama dengan berbagai lembaga filantropi internasional. Kerja sama ini sangat penting untuk memperkuat keberlanjutan MBG dan mempercepat pencapaian target gizi nasional, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan MBG sebagai model keberhasilan dalam program ketahanan pangan dan gizi. Dengan menunjukkan keberhasilan yang nyata, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam mengatasi masalah gizi buruk dan kemiskinan.
Iwan Setiawan berharap kunjungan Bill Gates bukan hanya sekadar seremoni. Ia menekankan pentingnya menjadikan kunjungan ini sebagai momentum strategis untuk membangun aliansi global, memperluas dampak positif MBG dan meningkatkan kesadaran internasional terhadap pentingnya program gizi di negara berkembang.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meskipun telah menunjukkan keberhasilan yang signifikan, MBG masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah memastikan keberlanjutan pendanaan program ini di masa depan. Kerja sama dengan lembaga filantropi internasional dapat membantu mengatasi tantangan ini.
Selain itu, perlu adanya evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan untuk memastikan efektivitas program dan penyesuaian strategi agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Pemantauan terhadap dampak MBG terhadap kesehatan dan gizi masyarakat juga sangat penting untuk mengukur keberhasilan program secara komprehensif.
Dengan memanfaatkan kunjungan Bill Gates dan potensi kerja sama internasional, pemerintah Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan MBG sebagai model program gizi yang sukses dan berkelanjutan, serta menginspirasi negara-negara lain dalam upaya mengatasi masalah gizi dan kemiskinan.