PASANG IKLAN ANDA DISINI 081241591996

ASEAN Terpecah, Indonesia Jembatan Solidaritas Hadapi Tarif AS

Kebijakan tarif impor resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada April 2025, yang memberlakukan tarif hingga 46 persen pada beberapa produk, telah mengungkap kelemahan fatal dalam solidaritas negara-negara ASEAN. ASEAN, yang seharusnya tampil sebagai blok ekonomi yang kuat dan bersatu, justru terlihat terpecah dalam menghadapi ancaman perdagangan ini.

Alih-alih menunjukkan kekompakan, negara-negara ASEAN bereaksi secara individual. Beberapa negara, seperti Vietnam dan Kamboja, yang sangat terdampak, memilih untuk bernegosiasi secara bilateral dengan AS. Strategi ini, meski mungkin memberikan solusi jangka pendek, mengabaikan potensi kekuatan kolektif ASEAN dalam menghadapi tekanan dari negara adidaya.

Kelemahan Solidaritas ASEAN dalam Menghadapi Kebijakan Proteksionis AS

Sikap reaktif ini kontras dengan potensi ASEAN sebagai blok ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) kolektif mencapai USD 3,3 triliun. Kekuatan ekonomi ini seharusnya diterjemahkan menjadi daya tawar yang signifikan dalam negosiasi internasional. Namun, kurangnya koordinasi dan kesatuan visi telah melemahkan posisi tawar ASEAN secara keseluruhan.

Baca Juga :  Prabowo-Megawati: Simbol Kedewasaan Politik, Prioritaskan Kepentingan Bangsa

Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, seharusnya berperan lebih proaktif dalam menggalang solidaritas regional. Namun, keheningan diplomasi Indonesia, menurut pengamat, menunjukkan kurangnya pemanfaatan kekuatan kolektif ASEAN dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS.

Peran Indonesia yang Kurang Optimal

Ketidakhadiran strategi yang terkoordinasi di tingkat regional menyebabkan negara-negara ASEAN terlihat lemah dan mudah ditaklukkan oleh tekanan dari AS. Indonesia, dengan pengaruh dan posisinya di kancah internasional, seharusnya mampu mengambil inisiatif untuk membentuk front bersama negara-negara ASEAN.

Kegagalan ini berdampak luas, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga pada kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional yang efektif. Kepercayaan mitra dagang lainnya terhadap ASEAN dapat berkurang jika ASEAN tidak mampu menunjukkan soliditasnya dalam menghadapi tantangan bersama.

Baca Juga :  Sistem One Way Dihentikan Korlantas, Operasi Ketupat 2023 Resmi Usai

Strategi Alternatif untuk ASEAN

ASEAN harus segera merumuskan strategi yang lebih komprehensif untuk menghadapi kebijakan proteksionis negara-negara maju. Beberapa opsi strategis yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Ancaman Pembatasan Pasar: ASEAN dapat mengancam untuk membatasi akses pasar bagi AS atau meninjau ulang investasi AS di kawasan ini sebagai bentuk balasan atas kebijakan tarif yang merugikan.
  • Gugatan ke WTO: ASEAN dapat memperkuat posisinya dengan melobi di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menggugat tarif AS melalui mekanisme hukum yang ada. Koordinasi yang kuat antar negara ASEAN sangat penting untuk keberhasilan upaya ini.
  • Diversifikasi Pasar Ekspor: Pemanfaatan perjanjian perdagangan regional seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) sangat krusial untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pasar AS. Hal ini akan membuat ASEAN kurang rentan terhadap kebijakan proteksionis AS di masa mendatang.
  • Penguatan Diplomasi: ASEAN perlu meningkatkan kerja sama diplomatik dan koordinasi antar negara anggota. Hal ini termasuk memperkuat mekanisme pengambilan keputusan dan negosiasi bersama dalam menghadapi tekanan dari luar.
Baca Juga :  KAI Imbau Keselamatan: Pemudik Motor Jangan Terobos Palang Pintu Kereta Api Tahun 2025 Lengkap

Kegagalan ASEAN dalam merespon kebijakan tarif impor AS secara efektif menyoroti pentingnya solidaritas regional dan koordinasi yang kuat. Tanpa perubahan strategi dan komitmen yang lebih kuat dari negara-negara anggota, ASEAN akan terus rentan terhadap tekanan ekonomi dari negara-negara adidaya.

Implementasi strategi-strategi tersebut membutuhkan komitmen politik yang kuat dari seluruh negara anggota ASEAN. Kerjasama yang erat dan saling percaya adalah kunci untuk meningkatkan daya tawar dan posisi ASEAN di kancah global. ASEAN harus belajar dari pengalaman ini dan memperkuat fondasi solidaritasnya agar mampu menghadapi tantangan ekonomi global di masa depan.

Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di:

PASANG IKLAN ANDA DISINI
PASANG IKLAN ANDA DISINI