Pemerintah Indonesia berencana segera terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk melakukan negosiasi terkait tarif impor 32% yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pertemuan ini dijadwalkan paling lambat pekan depan, tepatnya sebelum tanggal 17 April 2025. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebijakan AS yang mulai memberlakukan tarif 10% pada 5 April dan meningkat menjadi 32% pada 9 April.
Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan agar Indonesia memilih jalur negosiasi, bukan retaliasi. Hal ini mengingat banyak negara yang juga tengah berupaya bernegosiasi dengan AS terkait kebijakan tarif impor ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan, “Bapak Presiden sudah mengarahkan setelah hari ini kita akan memberikan masukan kepada Amerika untuk kita bisa memberikan respons dan harapannya tentu Amerika sendiri kan ini dikenakan kepada seluruh negara, maka pada waktu yang sama seluruh negara ingin bertemu dengan Amerika,” ujarnya dalam konferensi pers pada 7 April 2025.
Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan proposal konkret yang akan diajukan kepada AS. Proposal ini berisi kajian upaya relaksasi perdagangan dan telah melalui komunikasi intensif dengan pihak AS, termasuk US Trade Representative (USTR). Airlangga menambahkan, “Dalam waktu dekat USTR menunggu proposal konkret dari Indonesia dan tentu hari ini kami selalu berkomunikasi dengan Bapak Presiden (Prabowo).”
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, memastikan negosiasi akan dilakukan pekan depan. Proposal yang diajukan akan mencakup hasil kajian pemerintah dan masukan dari pelaku usaha. Febrio menjelaskan, “Itu juga menjadi satu paket yang bersama, sehingga memang harapannya nanti negosiasinya berjalan dengan lengkap, baik dari pemerintah dan juga pelaku usaha.”
Tim Negosiasi Indonesia
Tim negosiasi Indonesia akan dipimpin oleh Airlangga Hartarto dan melibatkan Menteri Luar Negeri Sugiono serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Mereka akan bertemu dengan pihak-pihak kunci di AS, termasuk USTR dan Secretary of Commerce. Febrio menambahkan, “Timnya ini kan *total football* ya. Jadi semuanya, tapi *lead*-nya kan Pak Menko dan juga terutama Menlu. Jadi Menlu dan Menko dan juga Menteri Keuangan. Kebetulan memang kan ada *spring meeting* nanti tanggal 20 (April) ya. Bu Menkeu juga akan ada di sana. Jadi akan sangat konteksnya pas untuk bisa bertemu dengan pihak-pihak yang perlu kita temui,”
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Reza, menyatakan bahwa tim negosiasi direncanakan berangkat paling lambat tanggal 17 April 2025. Meskipun komposisi tim belum sepenuhnya diputuskan, Airlangga Hartarto dipastikan akan turut serta. Faisol menekankan, “Paling lambat 17 (April berangkat ke AS untuk negosiasi). Memang akan diberlakukan dulu (tarif baru) baru akan dibahas negosiasinya. Semua nggak akan diterima sebelum tanggal 9 (April saat negosiasi diterapkan),”
Poin-poin Penting Negosiasi
Negosiasi ini sangat krusial bagi Indonesia karena berdampak signifikan pada sektor perdagangan. Beberapa poin penting yang kemungkinan akan dibahas dalam negosiasi antara lain:
- Penurunan tarif impor yang dibebankan AS terhadap produk-produk Indonesia.
- Peningkatan akses pasar bagi produk Indonesia di AS.
- Pembahasan mengenai kesepakatan perdagangan yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
- Mekanisme penyelesaian sengketa perdagangan antara Indonesia dan AS.
Suksesnya negosiasi ini bergantung pada kemampuan tim Indonesia untuk menyusun strategi yang tepat dan mengajukan argumen yang kuat. Selain itu, solidaritas dan dukungan dari seluruh pihak, termasuk pelaku usaha, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan negosiasi ini akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia dan hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan berbagai skenario, termasuk kemungkinan negosiasi akan berlangsung alot dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Transparansi informasi kepada publik juga penting untuk menjaga kepercayaan dan mencegah spekulasi yang tidak perlu. Semoga negosiasi ini berjalan lancar dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan Indonesia.