Tradisi Sedekah Laut di Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, kembali digelar dengan meriah pada Minggu, 25 Mei 2024. Lebih dari 400 perahu nelayan memenuhi perairan Tanjung Mas, menciptakan pemandangan spektakuler yang menggabungkan unsur budaya dan spiritualitas yang dalam.
Kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan refleksi hubungan harmonis antara manusia dan laut. Rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari, dimulai Sabtu (24/5) dengan doa arwah jamak, hataman Al Quran, tirakatan dan istighatsah, menandakan kesucian niat dan kesiapan spiritual para nelayan.
Puncak acara pada Minggu menampilkan arak-arakan sesaji berupa kepala sapi dan hasil bumi menuju tengah laut. Prosesi ini diiringi tabuhan gamelan dan semangat gotong royong masyarakat, menciptakan suasana penuh khidmat dan semarak. Tidak hanya nelayan lokal, wisatawan pun turut serta menyaksikan keindahan dan kekayaan budaya maritim Indonesia.
Makna Sedekah Laut: Syukur dan Harmoni
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengungkapkan bahwa Sedekah Laut merupakan ungkapan syukur atas limpahan hasil laut dan upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem. “Ini adalah bulan-bulan di mana seluruh warga Kota Semarang sedang mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada alam semesta atas anugerah yang diberikan,” ujarnya.
Lebih dari sekadar ritual, Sedekah Laut merupakan wujud permohonan perlindungan dan keberkahan bagi para nelayan. Melalui persembahan kepada laut, mereka memohon keselamatan dan kelancaran dalam melaut, serta meyakini pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut.
Ibu Wali Kota juga menjelaskan bahwa tradisi ini beragam bentuknya, disesuaikan dengan sumber penghidupan masyarakat. “Yang memiliki laut, melakukan sedekah laut. Yang memiliki sawah atau usaha lainnya mengadakan wayangan, pengajian, atau bentuk doa bersama sesuai tradisinya,” tambahnya. Hal ini menunjukkan kearifan lokal dalam merespon anugerah Tuhan.
Sedekah Bumi dan Akar Budaya Semarang
Tidak hanya Sedekah Laut, setidaknya tujuh titik di berbagai kecamatan Semarang juga menggelar Sedekah Bumi. Kegiatan ini membuktikan bahwa Kota Semarang, meskipun berkembang pesat sebagai kota metropolitan, tetap menjaga dan melestarikan akar budayanya.
Agustina Wilujeng Pramestuti menekankan pentingnya menjaga tradisi ini: “Melalui sedekah laut, kita akan mengerti keterkaitan antara manusia dan alam. Kita jaga ya, Bapak/Ibu, budaya ini.” Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan budaya dan pelestarian lingkungan.
Harapan untuk Masa Depan
Wali Kota Semarang berharap agar Sedekah Laut tahun depan dapat lebih meriah dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk perusahaan sekitar dan generasi muda. Partisipasi aktif generasi muda sangat penting untuk meneruskan tradisi ini ke masa mendatang dan menanamkan rasa cinta terhadap budaya dan lingkungan.
Pemerintah Kota Semarang juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, salah satunya dengan memperbaiki fasilitas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambak Lorok. Peningkatan ekonomi masyarakat pesisir akan mendukung keberlanjutan tradisi Sedekah Laut dan memperkuat identitas budaya Semarang.
Secara keseluruhan, Sedekah Laut Tambak Lorok bukan hanya sebuah perayaan, melainkan sebuah wujud penghormatan terhadap laut, alam, dan leluhur. Ia merupakan cerminan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.