PASANG IKLAN ANDA DISINI 081241591996

Anjloknya Harga Minyak: Kebijakan Energi Trump Diuji, Masa Depan Industri Migas AS

Industri minyak Amerika Serikat tengah menghadapi gelombang kekecewaan terhadap kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Penurunan harga minyak mentah yang tajam, dikombinasikan dengan kebijakan tarif impor, telah menciptakan kesulitan bagi para produsen, terutama perusahaan migas berskala kecil.

Selama kampanye pemilihan presiden 2024, Trump menggunakan slogan “bor, sayang, bor” untuk menjanjikan kebangkitan sektor migas. Ia mengklaim bahwa sektor ini terhambat oleh kebijakan lingkungan yang diterapkan oleh pendahulunya, Joe Biden. Namun, janji tersebut kini tampaknya jauh dari kenyataan.

Meskipun awalnya mendapat dukungan penuh dari industri migas, sebagian pelaku usaha kini merasa dirugikan oleh kebijakan Trump. Sejak pelantikan Trump pada Januari 2025, harga minyak mentah anjlok hingga 20 persen. Harga West Texas Intermediate bahkan sempat menyentuh titik terendah di angka 55 dolar AS per barel bulan lalu.

Dampak Negatif Penurunan Harga Minyak

Meskipun penurunan harga minyak membantu Trump memenuhi janjinya untuk menurunkan inflasi, hal ini justru berdampak negatif bagi pelaku usaha migas domestik. Raksasa migas seperti Exxon Mobil dan Chevron mungkin masih mampu bertahan, namun perusahaan-perusahaan kecil dipaksa untuk mengurangi anggaran belanja secara signifikan.

Baca Juga :  Strategi Cerdas Kadin Hadapi Ancaman Tarif Bea Masuk Trump

Pemangkasan anggaran gabungan dari perusahaan-perusahaan kecil ini mencapai 1,8 miliar dolar AS dalam beberapa minggu terakhir. CEO Patterson-UTI Energy Inc., Andy Hendricks, menyatakan bahwa harga minyak di angka 50 dolar AS sangat bertentangan dengan semangat slogan “bor, sayang, bor” yang dikampanyekan Trump.

Situasi ini diperparah dengan dampak dari kebijakan tarif perdagangan Trump. Kebijakan ini menambah beban bagi industri migas karena sebagian besar peralatan pengeboran dan perawatan sumur diimpor dari negara-negara seperti China, Korea Selatan, Brasil, dan Meksiko.

Baca Juga :  Bank Mandiri Fasilitasi Mudik Gratis 2025: 8.500 Pemudik dengan 170 Bus

Kebijakan Tarif dan Tekanan pada Industri Migas

Kenaikan biaya perawatan dan pengadaan alat akibat kebijakan tarif tersebut semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan migas. Mantan Ketua Permian Basin Petroleum Association, Kirk Edwards, mempertanyakan mengapa sektor migas justru terkena dampak negatif dari kebijakan tarif yang luas ini. Ketidakjelasan dan kurangnya pertimbangan terhadap sektor spesifik ini menjadi sorotan.

Para eksekutif dari perusahaan minyak independen telah melakukan lobi kepada sejumlah pejabat penting, termasuk Senator Texas Ted Cruz, Menteri Energi Chris Wright, dan administrator Badan Perlindungan Lingkungan Lee Zeldin, untuk menyampaikan keluhan mereka dan mencari solusi.

Mereka mendesak Presiden Trump untuk menetapkan harga minimum untuk minyak, meminta dukungan kepada negara-negara OPEC untuk memangkas produksi, dan memberikan pengecualian tarif untuk impor peralatan ladang minyak. Tindakan-tindakan ini diharapkan dapat meringankan beban yang ditanggung oleh industri migas.

Baca Juga :  Strategi Harga Jual Gado-gado: Untung 10% dari Biaya Produksi Rp25.000/bungkus

Upaya Trump untuk Meredakan Tekanan

Sebagai respons terhadap tekanan yang meningkat, Trump dijadwalkan melakukan kunjungan ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA) pada 13 hingga 16 Mei 2025. Kunjungan ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang dapat meredakan tekanan terhadap industri migas AS dan menstabilkan harga minyak.

Namun, keberhasilan kunjungan ini masih dipertanyakan. Banyak pihak meragukan kemampuan Trump untuk mempengaruhi negara-negara penghasil minyak utama untuk mengurangi produksi mengingat kompleksitas geopolitik dan kepentingan ekonomi masing-masing negara.

Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan kegagalan Trump dalam memenuhi janjinya untuk membangkitkan sektor migas. Kebijakan ekonominya, yang awalnya diharapkan dapat memberikan manfaat, justru menimbulkan kesulitan yang signifikan bagi industri ini. Masa depan industri migas AS di bawah pemerintahan Trump masih menjadi tanda tanya besar.

Situasi ini juga menyoroti pentingnya perencanaan kebijakan yang komprehensif dan mempertimbangkan dampaknya terhadap berbagai sektor ekonomi. Kegagalan mempertimbangkan dampak terhadap sektor spesifik dapat berujung pada kerugian ekonomi yang signifikan dan ketidakpuasan di kalangan pelaku usaha.

Dapatkan Berita Terupdate dari MerahMaron di:

PASANG IKLAN ANDA DISINI
PASANG IKLAN ANDA DISINI